Padamu, aku laksana Zulaikha pada Yusuf yang jatuh cinta bukan pada
saatnya, bukan pada masanya. Kau tahu Tuan? aku ini adalah perempuan
yang jual mahal. yang hatinya tidah mudah di taklukan. Tapi, kau
berhasil membuatku jatuh untuk mencinta. Bukan karena parasmu, kau pikir
tidak ada pria lain yang lebih tampan yang menghampiriku? Bukan karena
harta mu, kau pikir tidak ada pria yang sudah lebih dulu mapan yang
mendekatiku? Banyak yang lebih darimu datang, kamu yang bahkan belum
siap apa apa bukan? Tapi bukan itu poinku hingga akhirnya ku putuskan
kau menang.
Kau menang Tuan, aku memuja caramu bangkit dari keterpurukanmu. Aku
memuja caramu mempertahankan setiap mimpi yang kau yakini. Aku memujamu
karena proses tanpa memperdulikan hasil. Kau tidak sempurna, kau tahu?
ya aku juga. tapi dimataku kau mencintai Tuhan dengan cara yang nyaris
sempurna. Saat pria lain mencemburuimu karena aku, kau malah mennghindar
dariku, menjauhiku dengan alasan Tuhan, katamu. Kau tahu? yang terjadi
aku malah semakin memujamu.
Namun akan ada masanya aku lelah memujamu. Untuk kemudian memandang
sejenak siapa saja yang memujaku, jika tak kutemukan kau di dalamnya
mungkin saat itu lah aku putuskan menyerah, karena cinta sebelah hanya
akan menorehkan luka parah. Tuan, bagi seorang perempuan sepertiku akan
lebih baik hidup bersama pria yang mencintai daripada dicintai. untuk
saat ini, biarkan seperti ini. Beberapa waktu ke depan biarlah rencana
Tuhan yang berjalan.