Saya senang sekali menulis fiksi romance. Kisah kisah percintaan, perasaan cemburu, sakit hati dan sebagainya. Meski pernah di ingatkan, "Jangan lupa masukan unsur islaminya." namun tidak di pungkiri hal itu cukup rumit atau memang saya yang tidak mau berusaha lebih keras? sering kali mengedit tulisan yang sudah jadi lalu memasukan sisi islaminya tapi ujung ujungnya malah di rombak semua dan gak enak dibaca. huft! *tarik nafas panjang. Lalu bagaimana dengan kalian?
Sebuah tulisan mengandung unsur perkataan, setuju? saya pernah membaca tulisan Ustadz Aan Chandra Thalib di Tumblr, ia mendapatkan ini dari dosennya, "Sebelum Engkau menggoreskan pena untuk menulis atau menggerakan lidah untuk berucap, letakkanlah syurga dan neraka di hadapan kedua matamu. Setidaknya hal tersebut tahu, apa yang pantas kamu tulis dan apa yang pantas kamu ucapkan." begitu kurang lebih.
Nah sahabat untuk kemudian mari kita renungi bersama, Pada tiap tiap tulisan, kita berada pada sudut mana?
Cerminan bagi diri saya.
BalasHapusdiingatkan kembali, makasih
BalasHapusdiingatkan kembali, makasih
BalasHapusquote yqng keren banget mbak cas.. menyadarkan aku yan masih suka nulis asal-asalan..:(
BalasHapusselalu selipkan hikmah, agar dapat syurga.
BalasHapusbaiklah.. :)
bagus sekali untuk perbaikan... sudut pandang yang jarang dilihat kebanyakan manusia..
BalasHapus