Awalnya, Mamak Sandar, rekan kerjaku memasuki tempat kerja dengan ekspresi kepedasan. (ulangi : mamak dalam bahasa Myanmar artinya kakak. karena beliau berasal dari Myanmar jadi aku memanggilnya demikian). Kemudian kami berbicara menggunakan bahasa melayu yang kurang lebih begini terjemahannya,

"Mamak kenapa?" tanyaku.

"Di kantin ada jajanan baru, enak sekali. orang orang melayu memanggilnya kue chili padi."

"Kue Chili Padi? apa itu? sekarang masih ada?"

"Ada. Pergilah." pintanya. Aku pun langsung bergegas menuju kantin.

Sesampainya disana ku amati satu per satu jajanan yang berderet di atas meja." Tidak ada yang aneh, kecuali, tapi gak mungkin masa iya yang itu. Ah daripada penasaran mending tanya saja." pikirku.

"Bang, Saya mau kue Chili Padi 2."

"Ambil saja dek, yang itu." tunjuknya. Ding! ternyata benar, sesaat kemudian urat kepalaku menguat, aku mengerutkan dahi dan memakannya sambil kesal. Saat kembali ke tempat kerja.

"Sudah makan kue Chili Padinya?" mamak menghampiriku.

"Kue yang mamak maksud itu bentuknya persegi panjang, dalamnya sayur dan daging di balut tepung lembut dan tepung roti dengan chili di selipkan di dalamnya?"

"Iya, itulah kue Chili Padi. sudah makan?" lanjutnya.

"Mamaaaak, itu namanya Risoles, bukan kue Chili Padi." jelasku ketus.

"Darimana kamu tahu? orang orang manggilnya Kue Chili Padi."

"Karena itu makanan Khas Indonesia, peninggalan Belanda bukan Inggris. Dulu orang orang Belanda menjadikannya makanan penutup, sekarang udah jadi jajanan biasa di tempatku." aku memberi penjelasan sekenanya.

"oh, terus yang kamu sewot itu kenapa?"  tanya mamak.

"Cuma gak suka, apa apa yang dari Indonesia di plagiat terus ganti nama."

"Gitu ya? paham paham.." mamak mengangguk sambil cengengesan. Kemudian aku sebisa mungkin mensosialisasikan Risoles pada teman yang lain. hih!

Malaysia, 24 Maret 2016.