Sekarang tanganku sudah berani meggenggam dan jemarimu balik menguatkan. Sudah mulai pudar larangan Tuhan di ingatan. Cacian demi cacian mulai terlontarkan dari mulut orang orang. Menurut kami ini bukan zina, kami hanya mencoba untuk sekedar bersama. Saling mengguratkan aura bahagia.

Setiap caci tak lantas membuat salah satu dari kami mengundurkan diri. Meski alangkah mustahilnya hubungan ini terestui. Kami justru berusaha untuk tetap saling menguatkan setiap kali ujian datang.

Kemungkinan terburuk adalah pada akhirnya kami memang harus terpisah karena Takdirnya. Bukan karena pendapat kalian tentang dosa. Seolah dosa hanya membelit apa yang kami jalani saat ini dan kalian menjadi para malaikat yang suci.

Sudah sudah. Kalau begitu biarkan saja kami bahagia. Eh, maksudku biarkan saja lelakiku bahagia dengan kekasih barunya yang tak seagama.