Espresso Pagi (JTS Part 3)

Diposting oleh Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di



Hampir saja aku berpikir mereka yang sengaja menabrakku dan menginginkan aku mati. Namun ternyata menurut Mbu, Saat aku berlari keluar ruangan mereka mengejarku aku tetap tidak mau berhenti. Ya, aku mengakui itu. Kemudian mereka berfikir untuk putar balik  dan mencariku menggunakan mobil. Mereka berhasil menemukanku lalu keluar dari mobil, tapi siapa sangka dari arah kanan sebuah mobil menyerempet keduanya. Jenny hanya terjatuh, sementara Dimas terpental lebih jauh, mobil itu pula yang menyebabkan kecelakaan beruntun. Mungkin salah satunya mobil yang tidak sengaja mengenaiku.

Jika aku harus buta? kenapa Jenny hanya luka biasa dan Dimas hanya masuk ruang ICU? Kenapa mereka berdua tidak sekalian mati saja. Aku meluapkan kekesalanku sejadi jadinya di hadapan Mbu. Mbu malah memintaku untuk beristighfar. Katanya sejahat apapun orang pada kita, kita hanya patut mendo'akan yang baik baik saja. Ah, Mbuku masih sama seperti yang dulu, tidak pernah berubah.

Keesokan paginya, tiba tiba aku terbangun dengan aroma yang tidak asing lagi. "Espresso..." ucapku. Lalu terdengar suara tawa merdu. "Ternyata benar yang di bilang bibi mu. Ini sebagai ucapan permintaan maafku. Sebenarnya orang sakit sepertimu belum boleh minum kopi. Tapi untuk kamu ada pengecualian, tahu kenapa?" tanyanya dan aku hanya diam saja. "Baiklah, karena aku yang menanganimu. Menjadi penjaga juga boleh, itu juga kalau kamu mau. Dan, sepertinya usia kita tidak jauh beda. Jadi ada pengecualian lagi nih, kamu boleh memanggilku Evan tanpa kata dokter di depannya. Ahaha di ruangan ini sekarang ada 2 orang yang berinisial E, besok mungkin 2 inisial itu akan terpampang di surat undangan. Senang berkenalan denganmu Eliana." celotehnya panjang.

Sebenarnya aku mau tertawa namun aku tetap teguh pada gengsiku. "Berisik!" satu satunya kata yang aku jawab padanya. Tiba tiba sebuah benda menyentuh bibirku. "Minumlah! ini hangat. Di meja juga tersedia roti. Bibimu tadi pamit untuk pulang sebentar." Ternyata dia menyodorkan sedotan kopi kepadaku. Ah Espresso pagi, aku benar benar tidak kuat menahan godaan aromanya lalu menyeruputnya pelan. Setelah itu seseorang yang menyebutkan dirinya Evan, mulai menyuapi potongan roti kecil kepadaku.

Andai saja yang dihadapku sekarang itu....

Baca Juga :
Part 1 || Part 2 || Part 3



2 komentar:

  1. Betul, sejahat apapun orang pada kita, doakan yang baik-baik saja.

    BalasHapus
  2. wah mbak rajin hehe padahal belum di setor ke link odop yang ini huhu

    BalasHapus

Back to Top