Sebentuk Hati Yang Sepenuhnya Aku Ikhlaskan (JTS Part 5. Tamat)

Diposting oleh Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di

Tidak ada hal lain yang aku lakukan setelah sadarkan diri selain menangis hingga sembab mataku. Di tepian jendela kamar mataku jauh memandang keluar.

"Neng apa gak kasian sam Evan, jika mata indahnya di pakai untuk menangis terus?" Mbu mengusap punggungku. Mata Evan? ah benar, aku sampai terlupa kalau ini adalah mata nya. 

"Ambilkan aku cermin Mbu." pintaku. Kemudian aku berkaca wajahku sendiri. Melihat kedua bola mata yang indah. Bola mata ini, saat dia melihatku dulu. Bagaimana ekspresinya? Aku mulai bertanya tanya. Bola mata ini, sungguh aku mencintainya. Tiba tiba di sudut cermin aku melihat seseorang membuka pintu. Orang yang tidak asing lagi, aku membalikan badan.

"Untuk apa kau kemari?" aku memasang raut wajah penuh kebencian.

"Mbu ijin buat sarapan sebentar ya, Neng." Mbu pamit meninggalkan kami berdua. Hanya tertinggal wajah menunduk dihadapku. Bagaimana orang ini bisa masuk pikirku.

"Aku... Mau minta maaf sekaligus berterima kasih El." ujarnya.

"Apalagi sekarang Jen?" tanyaku sedikit meninggikan volume suara.

"Tentang Evan...mmm" kata nya terbata bata.

"Sudahlah, bukankah kau bahagia jika Dimas sekarang sudah selamat?"

"Dengar dulu Eliana. Sebelum Evan mendonorkan hatinya, Ia mempunyai syarat. Aku harus mengembalikan Dimas padamu. Ia sadar ia tidak akan hidup lama sementara Dimas masih punya kemungkinan untuk melindungimu Dan aku mengiyakannya." Aku diam saja memperhatikan setiap kata demi kata yang di ucapkannya. "Tapi... sekarang aku sadar aku tidak bisa El. aku terlalu mencintai Dimas. Aku berkhianat pada perjanjianku dengan Evan. Aku tidak bisa meninggalkan Dimas El. Aku minta maaf padamu dan Evan." Jenny menangis dan mendekatiku.

"Itu saja?" tantangku.

"Tidak El, untuk mengurangi rasa bersalahku. Aku mau berbagi Dimas denganmu. Bukankah dari kecil kita selalu bersama El? Bukankah agama memperbolehkannya?" lanjut Jenny yang membuahkan satu tamparan tanganku di pipinya. Plak!

"Kamu keterlaluan Jenny. Kamu pikir aku ini apa? Aku bukan perempuan sepertimu. Jangan samakan aku denganmu. Kurang apalagi kamu hancurkan hidupku Jenny. Dari kecil kau sudah ku anggap sebagai saudaraku. Orang tuaku sudah menganggapmu sebagai anaknya. Bahkan sebelum mereka meninggal, mereka memintaku untuk sekolah ke luar neger. Aku menolak karena takut kamu tidak ada teman. Mereka selalu membeli sesuatu 2 buah, satu untukku dan satu ku berikan padamu. Tapi kenapa kmau rampas semua punyaku Jenny, Kenapaaaaaaaa?" Plak, sebuah tamparan kembali ku daratkan. Jenny berlutut di hadapku, Ia mengulang kata yang sama "Maafkan aku... maafkan aku..." katanya.

"Pergi kamu Jen. Anggap saja kita tidak pernah kenal." Aku kembali membalikan badanku. Suara derap langkah kaki menjauh mulai terdengar.

"Minggu depan pernikahan kami. Datanglah menggunakan baju pengantin jika kau bersedia menerima tawaranku El. Aku permisi dan sekali lagi minta Maaf." suara pintu tertutup mengakhiri percakapan kami. Aku mengangkat kembali cermin dan menatap 2 bola mataku, Maafkan aku Evan. lagi lagi bola mata ini aku pakai untuk menangis.

***

Di minggu yang di janjikan aku datang dengan potongan kebaya anggun dan selipan bunga melati di kepalaku. Semua mata di pesta menatapku bak mempelai yang kabur dari pernikahannya. Acara ijab kabul sudah di persiapkan, semua sontak berdiri melihat kedatanganku. Termasuk Jenny dan Dimas, sepasang calon pengantin baru.

Jenny tersenyum menang, sementara Dimas tidak berkedip sama sekali. Perlahan aku berjalan mendekati lalu memeluknya. "Katakan Evan, apa kau mencintaiku?" tanyaku pada Dimas dalam peluknya. Tanganku mengusap dadanya. "El... Aku..." kata Dimas.

"Diamlah, dan jawab saja pertanyaanku. Sekali lagi aku tanya. Evan apakah kau mencintaiku?"

"I.. i.. iya, aku mencintaimu Eliana." jawab Dimas lirih.

"Sudah kuduga kamu akan mengatakannya. Hanya saja waktu yang kita punya kemarin tidak banyak. Aku juga, Aku juga mencintaimu Van." Aku memeluk Dimas kuat dan menangis. Tanganku mencoba menyentuh Jenny di sampingnya. Jenny menggenggam dan ikut menangis dalam senyumnya. Aku melapaskan pelukanku juga genggaman Jenny. Lalu berlenggang kembali meninggalkan acaranya dan hati yang ku cintai disana.

Luarbiasa kau buat segalanya Van, menyembuhkan luka dan membuatku jatuh cinta. Mengajakku terbang tiba tiba menjatuhkanku tanpa sayap. Pergi dengan meninggalkan separuh bagian darimu untukku. Evan, sebentar lagi kita kan bersatu kembali dan abadi. Janjikku yang saat ini terus melangkah tanpa tahu arah.

2 komentar:

  1. aduh,,..Eliana jangan ikut pergi.. :'(

    BalasHapus
  2. Sukses, mataku berkaca.Mantap. Salut, ah sudahlah..2 jempol untuk Mba E

    BalasHapus

Back to Top