Kamu Diet?

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 18.51.00

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDx7tG1CPDG2H5zPmiubCzarqatHxYjw2HPcHB-zqH_Oj6Rw_gzEEOqmRGcbE1BrcZu2BNgYOGLA8QAMuBFQLHyv18e3qszdEjATltRfLeynaqkL62AKEQiCeibloaw_-Pu0ILDGA7ZMM/s1600/kartun+3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="258" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDx7tG1CPDG2H5zPmiubCzarqatHxYjw2HPcHB-zqH_Oj6Rw_gzEEOqmRGcbE1BrcZu2BNgYOGLA8QAMuBFQLHyv18e3qszdEjATltRfLeynaqkL62AKEQiCeibloaw_-Pu0ILDGA7ZMM/s320/kartun+3.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hai.. hai.. Belakangan ini banyak banget yang nanya<i> "Cas kamu diet?"</i>. Gini ya, aku jelaskan <i>Innamal a'malu binniyat,</i> segala sesuatu itu bagaimana niatnya. Kebetulan bapakku mengidap diabetes, kolestrol hampir komplikasi begitu juga dengan bibiku. Kamu tahu kan? Seseorang yang punya keturunan maka lebih rentan terserang penyakit yang sama. Well, tekadku cuma satu, aku harus lebih sehat dari mereka. Di masa tua aku juga harus sehat untuk anak anakku. <i>"Hidup lu ribet banget cas!"</i> ujar kalian, ketika aku sibuk ngitung jumlah kalori, jumlah air yang aku minum tiap hari dan jadwal makan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Santai Mbak bro hehe, maka nya sesekali konsul deh. Yakin komposisi dalam tubuhmu sehat? Aku aja kaget pas di kasih tahu lemak yang menyelimuti jantung udah poin 7, padahal 9-13 itu sudah warning, di atas 13 sudah lampu merah. Padahal ini yang bahaya karena lemaknya gak keliatan, gak seperti yang bergelimbir gelimbir di lengan, pinggang, paha, pipi. Pernah dengar Tya Subyakto ketika tubuhnya mencapai bobot 92 kg, tiba tiba tidak bisa bangun dari duduknya terus dokter bilang dia terserang Fatliver, kelebihan lemak yang menyelimuti livernya. Jadi masih mau bilang? <i>"Gak apa apa gendut yang penting sehat". Think smart,</i> gak ada yang namanya gendut sehat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lagian nih ya, ternyata perempuan sepertiku ya usia kisaran 20 lah, sehari itu cuma perlu kalori 1200. Jadi kalo kalian makan lebih pun percuma, tubuh cuma punya kemampuan menyerap nutrisi segitu. Tanya sisanya kemana? di timbun jadi lemak, kalian puas dengan jawaban itu?. Dan jadwal makan yang aku tata ulang ternyata punya efek samping buat Mag ku. Karena penyakit Mag itu bukan disebabkan telat makan tapi pola makan yang salah. Terbukti sekarang sudah jarang banget kambuh. Tubuh juga lebih fit, insya Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahukah kalau kalori satu buah kelapa yang dijadikan santan setara dengan 2 piring nasi, sayur dan sepotong ayam/ikan? So, ketika aku nolak makanan bersantan banyak yang kalian tawarkan, kalian bisa saja mengejek aku diet. Padahal aku sudah makan 2 porsi nasi yang jelas lebih sehat dan lebih mengenyangkan. Jadi berhenti mensugesti tubuh dengan kalimat <i>"Aku diet"</i>, Tapi cobalah dengan <i>"Bagaimanapun pola hidupku harus sehat" </i>Dengan begitu maka turun berat badan dan tubuh kurus akan jadi bonus tersendiri. Ya, kalau ada yang masih mengejek sih silahkan saja, nikmati pola hidupmu dan <i>we will see</i>, saat tua nanti seperti apa? ;)</div>

Hai.. hai.. Belakangan ini banyak banget yang nanya "Cas kamu diet?" . Gini ya, aku jelaskan Innamal a'malu binniyat, ...

Tak Kenal Maka Ta'aruf.

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 14.44.00

<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj4fI0a98HgU-3kvhnb8QhrwYVrVqfyx9B2v8WZA56pwOJ1AOv2mxDTvsL88EIdlsxF176pfBLTjzDA1y2_oAwHq0eRuJFdxUVVRFrJeS9hl1L2T7jLo89VUmvdz6KB_ISyCQXaHoMxOs/s1600/satu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj4fI0a98HgU-3kvhnb8QhrwYVrVqfyx9B2v8WZA56pwOJ1AOv2mxDTvsL88EIdlsxF176pfBLTjzDA1y2_oAwHq0eRuJFdxUVVRFrJeS9hl1L2T7jLo89VUmvdz6KB_ISyCQXaHoMxOs/s320/satu.jpg" width="209" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Episode 2</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Di subuh pagi yang penuh berkah, insya Allah. Ummi sudah mengetuk pintu kamar Farhan, <i>"Han, Subuh nak. Bangun, malu sama anak ayam."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Mmm.. iya bentar lagi Bu, lima menit lagi ya..."</i> Terdengar suara Farhan menyahut dari dalam. Ummi meninggalkannya, untuk menyiapkan sarapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu di ruang makan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-style: italic;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Farhan sudah bangun Mi?"</i> Tanya Abah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-style: italic;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Katanya lima menit lagi Bah."</i> segelas teh manis dihantarkan Ummi untuk Abah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Teh manis yang biasa kan Mi?"</i> Abah menyeruputnya sedikit.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i>"Iya Bah. Teh manis kurang gula yang dibuat dengan cinta."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Rasanya gula Abah gak bakal turun kalau tiap hari minum teh sambil memandang wajahmu yang jelas lebih manis daripada gula itu sendiri."</i> Candaan itu tidak pernah lepas dari Abah meski kini mereka hampir memasuki usia 50 tahunan. Itu juga yang biasanya jadi senjata ampuh kalau Ummi lagi marah. Ummi hanya tersenyum manis, lalu kembali berlalu ke dapur untuk menyiapkan sarapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
20 menit kemudian, setelah semuanya terhidang di meja. Farhan datang menghampiri Ummi dan Abah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Abah perbolehkan kamu bawa motor Farid untuk kegiatanmu sehari hari, asal jangan di bawa keluyuran yang gak bener. Itu motor abangmu"</i> Ujar abah mengawali percakapan di tengah tengah sarapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Baik Bah. Oh iya Bu, makanannya enak." </i>Farhan menyantap dengan lahap makanannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Alhamdulillah."</i> Ummi tersenyum lalu menatap Abah, <i>"Bah, Ummi benar benar ingin menjadikan Neng Nisa menantu. Kalau aja anak kita farid....."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Astagfirullah Mi, kata kalaunya itu loh."</i> Abah memotong pembicaraan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Astagfirullahaladzim."</i> Ummi merasa bersalah, tersadar lalu melanjutkan kembali makannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Abah menghela nafas sejenak, <i>"Insya Allah kita usahakan untuk mencari calon yang terbaik untuk murid Liqo kesayangan Ummi ya." </i>Kata kata itu kembali melengkungkan bibir Ummi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu dalam hati Farhan berkecamuk, <i>"Nisa? Apa yang dimaksud Ibu itu Nisa yang kemarin ke rumah ini?Benarkah?"</i> tiba tiba "treng" Farhan seketika menyimpan sendok dan garfunya. Ia bergegas minum dan berniat untuk meninggalkan meja makan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Farhan, pamit pergi ya Bu, Bah." </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Loh makannya gak dihabiskan?"</i> Tanya abah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Nanti telat Bah. Farhan mau jadi anak teladan biar cepat wisuda" </i>Ujarnya yang langsung menenteng ransel. Mencium tangan Ummi dan Abah lalu melangkahkan kaki setengah berlari,<i> "Assalamu'alaikum..."</i> lanjutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Walaikumussalam..."</i> sahut keduanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Farhan yang terbiasa mengendarai mobil terpaksa memakai sebuah motor bebek keluaran sekitar tahun 2013, melaju menyusuri jalan yang tak seberapa bagus menuju kawasan perkotaan dimana tempat kampusnya berada. Tapi sedikitpun ia mengeluhkannya, karena yang ada di pikirannya sekarang bagaimana caranya ia sampai kampus sesegera mungkin untuk menemukan seorang wanita bernama Annisa. Semenjak melihatnya kemarin ia penasaran, terlebih setelah Ummi terang terangan ingin menjadikannya menantu, isteri untuk Abang sepupunya Farid. <i>"Seluarbiasa apa rupanya kamu Nisa? Kau akan ku taklukan jua seperti perempuan sebelumnya." </i>bisik hati Farhan penuh percaya diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>

Episode 2 Di subuh pagi yang penuh berkah, insya Allah. Ummi sudah mengetuk pintu kamar Farhan, "Han, Subuh nak. Bangun, malu sama...

Tak Kenal Maka Ta'aruf

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 06.53.00

<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5PV0og5g0KhZThiqHVgRkUPTYwGR66DEeXVxOOEjgzeKvL_m78ZFgKEvP-a6Iwr2NSFx0RiOOejFfWqDuwXiOlgjgyaJVnViKw_dQJh49H-rYQvJxVWsZJw2AfUu-wuDZ2Iw53tgD_A4/s1600/satu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5PV0og5g0KhZThiqHVgRkUPTYwGR66DEeXVxOOEjgzeKvL_m78ZFgKEvP-a6Iwr2NSFx0RiOOejFfWqDuwXiOlgjgyaJVnViKw_dQJh49H-rYQvJxVWsZJw2AfUu-wuDZ2Iw53tgD_A4/s320/satu.jpg" width="208"></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Part 1</td></tr>
</tbody></table>
<br>
<br>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Ah seandainya saja..."</i> Ummi Zainab menghela nafas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Seandainya apa um?"</i> Tanya Nisa, keningnya mengkerut heran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Ummi hanya menggeleng gelengkan kepalanya, ia tersadar bahwa baru saja ia berandai andai padahal, berandai andai juga salah satu jalan masuk setan mengganggu manusia. <i>"Astagfirullahaladzim, tidak Neng. Tidak apa apa. Insya Allah, amanah ini akan Ummi sampaikan pada Abah, semoga saja Neng dapat jodoh yang terbaik. Aamiin."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Insya Allah Um, Allahumma aamiin. Terimakasih sebelumnya, tolong sampaikan juga terimakasih pada Pak Ustadz. Nisa pamit pulang dulu."</i> mereka berdua berdiri, berjalan menuju depan pintu. Nisa sempat memutar mutar bola matanya, tapi tak berani melihat penuh kedalam isi rumah karena takut tidak sopan. Namun sepertinya ummi menyadari hal itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kenapa Neng?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Afwan, apakah Ummi sendirian di rumah? Bukankah Pak Ustadz sedang keluar? Tapi kenapa sedari tadi saya merasa ada yang memperhatikan kita berdua?"</i> Akhirnya Nisa memberanikan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba tiba <i>"uhuk"</i> Suara batuk terdengar dari dalam rumah, Nisa tersentak kaget. Sementara Ummi Zainab tersenyum, <i>"Itu ponakan Ummi sama Abah dari Jakarta. Di kirim ayah sama ibunya kemari untuk melanjutkan kuliahnya yang tak kunjung kelar. Insya Allah lanjut di Universitas Dwi Satya." </i>jelas Ummi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Dwi Satya? Itu tempat saya belajar saat ini Ummi."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Oh benarkah? Ah, Semoga dia tidak membuat ulah ya Neng. hehe"</i> Ummi terkekeh pelan. Nisa tidak paham apa yang dimaksud Ummi. Ia hanya tersenyum mendegarnya lalu mencium tangan Ummi pamit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Nisa pulang ya Umm, Assalamu'alaikum."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Walaikumussalam warahmatullah, hati hati dijalan Neng."</i> Ummi memperhatikan Nisa berlalu dengan motornya hingga tak terlihat di pertigaan jalan sebelum akhirnya ia masuk dan menutup pintu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu di dalam rumah,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Cantik ya Bu, sepertinya orangnya  juga baik."</i> Farhan muncul menghampiri bibinya. Mereka berdua kembali duduk di ruang tamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Jadi, yang dibilang Neng Nisa itu benar. Kamu mengamati kami sedari tadi? Ya Allah Han, hati hati dengan matamu. Tundukkan pandanganmu itu."</i> Ummi mengingatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Lah? Dia tahu Bu? Apa katanya? lagian kan Allah kan menciptakan mata untuk melihat Bu, kalau di biarkan saja menunduk apa itu bukan kufur nikmat namanya?"</i> Farhan beralibi dengan ilmu agama yang entah diperoleh darimana. <i>"Eh itu apa? yang dibawa gadis tadi ya Bu? Boleh aku lihat?"</i> Mata farhan sekarang tertuju pada Map kertas coklat yang dipegang Ummi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Tidak boleh. Kecuali..."</i> Umi menyipitkan kedua matanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kecuali apa Bu?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kamu berniat untuk menikahinya, nah!"</i> Ummi sengaja menyodorkan amplop itu kehadapan Farhan. Farhan hanya memandanginya tanpa menyentuh sedikitpun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Ayok, katanya mau baca. Ambillah, baca, kalau dirasa cocok kita datangi rumahnya besok."</i> Ummi menantang Farhan. Tiba tiba tangannya mendorong amplop itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Apaan sih Bu. Kan tahu kalau kuliah Farhan aja tak kunjung selesai, mau dikasih makan apa anak orang. Rumput? lagian kan masih muda Bu, pacaran dulu aja."</i> Farhan mengedipkan matanya berkali kali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Ummi langsung menarik nafas panjang, <i>"Ummi rasa Neng Nisa bukan tipe perempuan yang bisa diajak pacaran. Dia sudah siap nikah dan ingin ta'aruf. Ini Biodata lengkapnya yang akan Ibu serahkan sepulangnya Abah ngasih tausyiah."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Namanya Nisa Bu?"</i> Farhan seperti mendapat bocoran rahasia besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Annisa. Dan dia kuliah di Dwi Satya juga."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Yessssss!...." </i>Farhan bahagia mendengarnya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Jangan macam macam Han. Kamu disini tanggung jawab Abah dan Ibu, bukan lagi Papa Mama mu." </i>Ummi mengingatkan Farhan sekali lagi. Mengingat bahwa orangtuanya sendiri sudah pusing dengan ulah Farhan, Ummi takut kalau kalau anak ini juga berulah di tempatnya kini. Farhan Hanya mengangguk pelan, seperti bocah polos yang menurut kalau dinasihati. Tapi benarkah dia akan  semudah itu menurut?</div>

Part 1 "Ah seandainya saja..." Ummi Zainab menghela nafas. "Seandainya apa um?" Tanya Nisa, keningnya mengk...