Tak Kenal Maka Ta'aruf.

Diposting oleh Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di
Episode 2
Di subuh pagi yang penuh berkah, insya Allah. Ummi sudah mengetuk pintu kamar Farhan, "Han, Subuh nak. Bangun, malu sama anak ayam."

"Mmm.. iya bentar lagi Bu, lima menit lagi ya..." Terdengar suara Farhan menyahut dari dalam. Ummi meninggalkannya, untuk menyiapkan sarapan.

***

Sementara itu di ruang makan.

"Farhan sudah bangun Mi?" Tanya Abah.

"Katanya lima menit lagi Bah." segelas teh manis dihantarkan Ummi untuk Abah.

"Teh manis yang biasa kan Mi?" Abah menyeruputnya sedikit.

"Iya Bah. Teh manis kurang gula yang dibuat dengan cinta."

"Rasanya gula Abah gak bakal turun kalau tiap hari minum teh sambil memandang wajahmu yang jelas lebih manis daripada gula itu sendiri." Candaan itu tidak pernah lepas dari Abah meski kini mereka hampir memasuki usia 50 tahunan. Itu juga yang biasanya jadi senjata ampuh kalau Ummi lagi marah. Ummi hanya tersenyum manis, lalu kembali berlalu ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

20 menit kemudian, setelah semuanya terhidang di meja. Farhan datang menghampiri Ummi dan Abah.

"Abah perbolehkan kamu bawa motor Farid untuk kegiatanmu sehari hari, asal jangan di bawa keluyuran yang gak bener. Itu motor abangmu" Ujar abah mengawali percakapan di tengah tengah sarapan.

"Baik Bah. Oh iya Bu, makanannya enak." Farhan menyantap dengan lahap makanannya.

"Alhamdulillah." Ummi tersenyum lalu menatap Abah, "Bah, Ummi benar benar ingin menjadikan Neng Nisa menantu. Kalau aja anak kita farid....."

"Astagfirullah Mi, kata kalaunya itu loh." Abah memotong pembicaraan.

"Astagfirullahaladzim." Ummi merasa bersalah, tersadar lalu melanjutkan kembali makannya.

Abah menghela nafas sejenak, "Insya Allah kita usahakan untuk mencari calon yang terbaik untuk murid Liqo kesayangan Ummi ya." Kata kata itu kembali melengkungkan bibir Ummi.

Sementara itu dalam hati Farhan berkecamuk, "Nisa? Apa yang dimaksud Ibu itu Nisa yang kemarin ke rumah ini?Benarkah?" tiba tiba "treng" Farhan seketika menyimpan sendok dan garfunya. Ia bergegas minum dan berniat untuk meninggalkan meja makan.

"Farhan, pamit pergi ya Bu, Bah." 

"Loh makannya gak dihabiskan?" Tanya abah.

"Nanti telat Bah. Farhan mau jadi anak teladan biar cepat wisuda" Ujarnya yang langsung menenteng ransel. Mencium tangan Ummi dan Abah lalu melangkahkan kaki setengah berlari, "Assalamu'alaikum..." lanjutnya.

"Walaikumussalam..." sahut keduanya.

***

Farhan yang terbiasa mengendarai mobil terpaksa memakai sebuah motor bebek keluaran sekitar tahun 2013, melaju menyusuri jalan yang tak seberapa bagus menuju kawasan perkotaan dimana tempat kampusnya berada. Tapi sedikitpun ia mengeluhkannya, karena yang ada di pikirannya sekarang bagaimana caranya ia sampai kampus sesegera mungkin untuk menemukan seorang wanita bernama Annisa. Semenjak melihatnya kemarin ia penasaran, terlebih setelah Ummi terang terangan ingin menjadikannya menantu, isteri untuk Abang sepupunya Farid. "Seluarbiasa apa rupanya kamu Nisa? Kau akan ku taklukan jua seperti perempuan sebelumnya." bisik hati Farhan penuh percaya diri.

Posting Komentar

Back to Top