Tak Kenal Maka Ta'aruf

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 06.53.00

<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5PV0og5g0KhZThiqHVgRkUPTYwGR66DEeXVxOOEjgzeKvL_m78ZFgKEvP-a6Iwr2NSFx0RiOOejFfWqDuwXiOlgjgyaJVnViKw_dQJh49H-rYQvJxVWsZJw2AfUu-wuDZ2Iw53tgD_A4/s1600/satu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5PV0og5g0KhZThiqHVgRkUPTYwGR66DEeXVxOOEjgzeKvL_m78ZFgKEvP-a6Iwr2NSFx0RiOOejFfWqDuwXiOlgjgyaJVnViKw_dQJh49H-rYQvJxVWsZJw2AfUu-wuDZ2Iw53tgD_A4/s320/satu.jpg" width="208"></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Part 1</td></tr>
</tbody></table>
<br>
<br>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Ah seandainya saja..."</i> Ummi Zainab menghela nafas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Seandainya apa um?"</i> Tanya Nisa, keningnya mengkerut heran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Ummi hanya menggeleng gelengkan kepalanya, ia tersadar bahwa baru saja ia berandai andai padahal, berandai andai juga salah satu jalan masuk setan mengganggu manusia. <i>"Astagfirullahaladzim, tidak Neng. Tidak apa apa. Insya Allah, amanah ini akan Ummi sampaikan pada Abah, semoga saja Neng dapat jodoh yang terbaik. Aamiin."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Insya Allah Um, Allahumma aamiin. Terimakasih sebelumnya, tolong sampaikan juga terimakasih pada Pak Ustadz. Nisa pamit pulang dulu."</i> mereka berdua berdiri, berjalan menuju depan pintu. Nisa sempat memutar mutar bola matanya, tapi tak berani melihat penuh kedalam isi rumah karena takut tidak sopan. Namun sepertinya ummi menyadari hal itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kenapa Neng?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Afwan, apakah Ummi sendirian di rumah? Bukankah Pak Ustadz sedang keluar? Tapi kenapa sedari tadi saya merasa ada yang memperhatikan kita berdua?"</i> Akhirnya Nisa memberanikan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba tiba <i>"uhuk"</i> Suara batuk terdengar dari dalam rumah, Nisa tersentak kaget. Sementara Ummi Zainab tersenyum, <i>"Itu ponakan Ummi sama Abah dari Jakarta. Di kirim ayah sama ibunya kemari untuk melanjutkan kuliahnya yang tak kunjung kelar. Insya Allah lanjut di Universitas Dwi Satya." </i>jelas Ummi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Dwi Satya? Itu tempat saya belajar saat ini Ummi."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Oh benarkah? Ah, Semoga dia tidak membuat ulah ya Neng. hehe"</i> Ummi terkekeh pelan. Nisa tidak paham apa yang dimaksud Ummi. Ia hanya tersenyum mendegarnya lalu mencium tangan Ummi pamit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Nisa pulang ya Umm, Assalamu'alaikum."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Walaikumussalam warahmatullah, hati hati dijalan Neng."</i> Ummi memperhatikan Nisa berlalu dengan motornya hingga tak terlihat di pertigaan jalan sebelum akhirnya ia masuk dan menutup pintu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu di dalam rumah,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Cantik ya Bu, sepertinya orangnya  juga baik."</i> Farhan muncul menghampiri bibinya. Mereka berdua kembali duduk di ruang tamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Jadi, yang dibilang Neng Nisa itu benar. Kamu mengamati kami sedari tadi? Ya Allah Han, hati hati dengan matamu. Tundukkan pandanganmu itu."</i> Ummi mengingatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Lah? Dia tahu Bu? Apa katanya? lagian kan Allah kan menciptakan mata untuk melihat Bu, kalau di biarkan saja menunduk apa itu bukan kufur nikmat namanya?"</i> Farhan beralibi dengan ilmu agama yang entah diperoleh darimana. <i>"Eh itu apa? yang dibawa gadis tadi ya Bu? Boleh aku lihat?"</i> Mata farhan sekarang tertuju pada Map kertas coklat yang dipegang Ummi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Tidak boleh. Kecuali..."</i> Umi menyipitkan kedua matanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kecuali apa Bu?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kamu berniat untuk menikahinya, nah!"</i> Ummi sengaja menyodorkan amplop itu kehadapan Farhan. Farhan hanya memandanginya tanpa menyentuh sedikitpun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Ayok, katanya mau baca. Ambillah, baca, kalau dirasa cocok kita datangi rumahnya besok."</i> Ummi menantang Farhan. Tiba tiba tangannya mendorong amplop itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Apaan sih Bu. Kan tahu kalau kuliah Farhan aja tak kunjung selesai, mau dikasih makan apa anak orang. Rumput? lagian kan masih muda Bu, pacaran dulu aja."</i> Farhan mengedipkan matanya berkali kali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Ummi langsung menarik nafas panjang, <i>"Ummi rasa Neng Nisa bukan tipe perempuan yang bisa diajak pacaran. Dia sudah siap nikah dan ingin ta'aruf. Ini Biodata lengkapnya yang akan Ibu serahkan sepulangnya Abah ngasih tausyiah."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Namanya Nisa Bu?"</i> Farhan seperti mendapat bocoran rahasia besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Annisa. Dan dia kuliah di Dwi Satya juga."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Yessssss!...." </i>Farhan bahagia mendengarnya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Jangan macam macam Han. Kamu disini tanggung jawab Abah dan Ibu, bukan lagi Papa Mama mu." </i>Ummi mengingatkan Farhan sekali lagi. Mengingat bahwa orangtuanya sendiri sudah pusing dengan ulah Farhan, Ummi takut kalau kalau anak ini juga berulah di tempatnya kini. Farhan Hanya mengangguk pelan, seperti bocah polos yang menurut kalau dinasihati. Tapi benarkah dia akan  semudah itu menurut?</div>

Part 1 "Ah seandainya saja..." Ummi Zainab menghela nafas. "Seandainya apa um?" Tanya Nisa, keningnya mengk...

Ampun Bunda, Kepalaku Mau Pecah.

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 13.40.00

<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl2xTNOjWggHf1CVfEC2Kkb3t1gsVQyp7A32EDZS88xwztrwZ2sh5OuTKRUk-BO86TcwKYdSOtj997Jz6pawl5_-0qTktNXWVi9NmwXHxxhbAp50DOTanHwEdzdqyH-b-wdcI-TuxQnGc/s1600/anak-depressi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl2xTNOjWggHf1CVfEC2Kkb3t1gsVQyp7A32EDZS88xwztrwZ2sh5OuTKRUk-BO86TcwKYdSOtj997Jz6pawl5_-0qTktNXWVi9NmwXHxxhbAp50DOTanHwEdzdqyH-b-wdcI-TuxQnGc/s320/anak-depressi.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Source : google image</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Peluk cium untukmu dari Adinda. Siapa yang tak bangga lahir dari rahim seorang perempuan bergelar S2 tapi dengan sukarela mengabdikan diri jadi ibu rumah tangga. Saat binar matamu menyambutku ke dunia, bulir bulir bening mulai menetes dari muaranya. Aku tahu ada kasih dan sayang bunda pada setiap derainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun berganti, aku semakin terkagum kepadamu. Kau dengan tuturmu laksana segudang ilmu yang mampu menjawab setiap tanyaku. Kau dengan sabarmu memberikan penjelasan tentang apa ini, apa itu dan segala hal yang kau tahu. Bunda bilang di usia yang ke 5, aku sudah mencukupi umur untuk duduk di bangku sekolah TK. Baiklah bunda, sebagai anakmu, aku takkan membuatmu kecewa. Bunda lihat, di beberapa minggu pertama aku mulai menonjol daripada teman temanku. Berkali kali Bunda menuai pujian. Ah, bunda memang pantas untuk itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bunda, ini <i>weekend! </i>Aku berharap Engkau memberikanku <i>reward</i>, meski hanya mengajakku jalan jalan dan membeli 2 keping es krim di Taman Kota. Tapi di luar dugaan, tiba tiba Bunda mengenalkanku pada beberapa orang asing. Yang satu berbicara angka angka, yang satu menggunakan bahasa yang sulit dicerna, sisanya mendikteku dengan berbagai gaya. Apa ini bunda? Mereka bak monster yang menggerogoti otakku. Kenapa Bunda tega melakukan hal ini? Cukup Bunda, jauhkan mereka dari sekelilingku, kepalaku mau pecah rasanya. Bukankah Bunda dengan sekolah tingginya bisa mengajariku tanpa perlu perantara mereka? Atau Bunda mulai lelah? Atau Aku terlalu nakal akhir akhir ini. Aku minta maaf Bunda. Adinda minta maaf.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mau bermain Bunda, menjelajahi beberapa tempat wisata. Berboneka ria bersama teman sebaya. Membantu bunda memasak makanan kesukaanku. Menonton kartun terbaru yang dibawakan Ayah kemarin sore. Aku mau dipeluk Bunda lebih lama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka terlalu menyeramkan Bunda. Mereka selalu memintaku untuk menghafal, terkadang memaksa untuk memahami hal hal yang memang tidak aku mengerti sama sekali. Jangan hukum aku seperti ini Bun, ampuni aku. Tapi Bunda tidak mau mendengar? Kenapa Bunda jadi keras kepala? Bunda bilang ini untuk kebaikanku di masa depan? Jadi, bunda lebih percaya mereka dari pada buah hati bunda sendiri? Aduh! Sakit, Bunda. Kenapa semakin kesini aku merasa apa yang kalian ucapkan itu sama? Aku kesulitan untuk membedakannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Bunda mendatangkan Tante berbaju putih, berbeda dengan baju yang dikenakan orang orang sebelumnya. Perlahan dia berbicara kepadaku. Aku rasa hanya dia yang mengerti keadaanku saat ini. Sementara saat bersama yang lain, yang terdengar hanya, "How are you. Dua dikali empat berapa? Kalau do'a mau makan apa? Jangan lupa baca huruf hijaiyahnya! Buat kalimat, pulang sekolah lalu pergi ke pasar. Coba bisa tidak?". Lalu aku mempraktekan dengan caraku, menunjukkan nya pada semua orang. Mengulang ngulang dan mengulangnya lagi. Lihat! Apa ini yang dimaksud pintar oleh Bunda? Dan apa itu? Airmata keluar dari pipi Bunda. Apa itu air mata bahagia karena merasa bangga? Aku sudah pintar Bunda, aku pintar sekarang. Tapi, aku tidak mau lagi tidur bersama Bunda.<br />
<br />
*Terinspirasi dari berita 2 tahun lalu di akun Path dengan nama pengguna Dina, yang menceritakan ada anak usia 6 tahun masuk rumah sakit jiwa karena terlalu banyak diikutkan les oleh orang tuanya. Ia adalah pasien termuda diantara beberapa pasien lain dan satu satu nya yang mengalami gangguan jiwa karena kepintaran, sementara sisanya akibat <i>broken home. </i>Mari sesuaikan pendidikan dengan usia tumbuh kembang anak.</div>

Source : google image Peluk cium untukmu dari Adinda. Siapa yang tak bangga lahir dari rahim seorang perempuan bergelar S2 tapi denga...

Sebentuk Hati Yang Sepenuhnya Aku Ikhlaskan (JTS Part 5. Tamat)

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry Jatuh Tanpa Sayap di 10.30.00

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg47i-Iyv3Ua-pbOhUgT_MgLf1EhzEv3gRqc5Q4eUY2wsBdpEygB7Vln6sxQRLN7gg9CtZLxz4kk7NO5DzqvS3JhJZrIYdqFJokbhgZ_3Ea93dvK5QOcEoMIKhI1tFxrOUqesZ7fmJDSiY/s1600/tumblr_m9sbh4Z6hd1qdm09f.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="247" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg47i-Iyv3Ua-pbOhUgT_MgLf1EhzEv3gRqc5Q4eUY2wsBdpEygB7Vln6sxQRLN7gg9CtZLxz4kk7NO5DzqvS3JhJZrIYdqFJokbhgZ_3Ea93dvK5QOcEoMIKhI1tFxrOUqesZ7fmJDSiY/s320/tumblr_m9sbh4Z6hd1qdm09f.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ada hal lain yang aku lakukan setelah sadarkan diri selain menangis hingga sembab mataku. Di tepian jendela kamar mataku jauh memandang keluar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Neng apa gak kasian sam Evan, jika mata indahnya di pakai untuk menangis terus?" Mbu mengusap punggungku. Mata Evan? ah benar, aku sampai terlupa kalau ini adalah mata nya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ambilkan aku cermin Mbu." pintaku. Kemudian aku berkaca wajahku sendiri. Melihat kedua bola mata yang indah. Bola mata ini, saat dia melihatku dulu. Bagaimana ekspresinya? Aku mulai bertanya tanya. Bola mata ini, sungguh aku mencintainya. Tiba tiba di sudut cermin aku melihat seseorang membuka pintu. Orang yang tidak asing lagi, aku membalikan badan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Untuk apa kau kemari?" aku memasang raut wajah penuh kebencian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Mbu ijin buat sarapan sebentar ya, Neng." Mbu pamit meninggalkan kami berdua. Hanya tertinggal wajah menunduk dihadapku. Bagaimana orang ini bisa masuk pikirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku... Mau minta maaf sekaligus berterima kasih El." ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Apalagi sekarang Jen?" tanyaku sedikit meninggikan volume suara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tentang Evan...mmm" kata nya terbata bata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sudahlah, bukankah kau bahagia jika Dimas sekarang sudah selamat?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dengar dulu Eliana. Sebelum Evan mendonorkan hatinya, Ia mempunyai syarat. Aku harus mengembalikan Dimas padamu. Ia sadar ia tidak akan hidup lama sementara Dimas masih punya kemungkinan untuk melindungimu Dan aku mengiyakannya." Aku diam saja memperhatikan setiap kata demi kata yang di ucapkannya. "Tapi... sekarang aku sadar aku tidak bisa El. aku terlalu mencintai Dimas. Aku berkhianat pada perjanjianku dengan Evan. Aku tidak bisa meninggalkan Dimas El. Aku minta maaf padamu dan Evan." Jenny menangis dan mendekatiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Itu saja?" tantangku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tidak El, untuk mengurangi rasa bersalahku. Aku mau berbagi Dimas denganmu. Bukankah dari kecil kita selalu bersama El? Bukankah agama memperbolehkannya?" lanjut Jenny yang membuahkan satu tamparan tanganku di pipinya. Plak!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kamu keterlaluan Jenny. Kamu pikir aku ini apa? Aku bukan perempuan sepertimu. Jangan samakan aku denganmu. Kurang apalagi kamu hancurkan hidupku Jenny. Dari kecil kau sudah ku anggap sebagai saudaraku. Orang tuaku sudah menganggapmu sebagai anaknya. Bahkan sebelum mereka meninggal, mereka memintaku untuk sekolah ke luar neger. Aku menolak karena takut kamu tidak ada teman. Mereka selalu membeli sesuatu 2 buah, satu untukku dan satu ku berikan padamu. Tapi kenapa kmau rampas semua punyaku Jenny, Kenapaaaaaaaa?" Plak, sebuah tamparan kembali ku daratkan. Jenny berlutut di hadapku, Ia mengulang kata yang sama "Maafkan aku... maafkan aku..." katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Pergi kamu Jen. Anggap saja kita tidak pernah kenal." Aku kembali membalikan badanku. Suara derap langkah kaki menjauh mulai terdengar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Minggu depan pernikahan kami. Datanglah menggunakan baju pengantin jika kau bersedia menerima tawaranku El. Aku permisi dan sekali lagi minta Maaf." suara pintu tertutup mengakhiri percakapan kami. Aku mengangkat kembali cermin dan menatap 2 bola mataku, Maafkan aku Evan. lagi lagi bola mata ini aku pakai untuk menangis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di minggu yang di janjikan aku datang dengan potongan kebaya anggun dan selipan bunga melati di kepalaku. Semua mata di pesta menatapku bak mempelai yang kabur dari pernikahannya. Acara ijab kabul sudah di persiapkan, semua sontak berdiri melihat kedatanganku. Termasuk Jenny dan Dimas, sepasang calon pengantin baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jenny tersenyum menang, sementara Dimas tidak berkedip sama sekali. Perlahan aku berjalan mendekati lalu memeluknya. "Katakan Evan, apa kau mencintaiku?" tanyaku pada Dimas dalam peluknya. Tanganku mengusap dadanya. "El... Aku..." kata Dimas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Diamlah, dan jawab saja pertanyaanku. Sekali lagi aku tanya. Evan apakah kau mencintaiku?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"I.. i.. iya, aku mencintaimu Eliana." jawab Dimas lirih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sudah kuduga kamu akan mengatakannya. Hanya saja waktu yang kita punya kemarin tidak banyak. Aku juga, Aku juga mencintaimu Van." Aku memeluk Dimas kuat dan menangis. Tanganku mencoba menyentuh Jenny di sampingnya. Jenny menggenggam dan ikut menangis dalam senyumnya. Aku melapaskan pelukanku juga genggaman Jenny. Lalu berlenggang kembali meninggalkan acaranya dan hati yang ku cintai disana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Luarbiasa kau buat segalanya Van, menyembuhkan luka dan membuatku jatuh cinta. Mengajakku terbang tiba tiba menjatuhkanku tanpa sayap. Pergi dengan meninggalkan separuh bagian darimu untukku. Evan, sebentar lagi kita kan bersatu kembali dan abadi. Janjikku yang saat ini terus melangkah tanpa tahu arah.</div>

Tidak ada hal lain yang aku lakukan setelah sadarkan diri selain menangis hingga sembab mataku. Di tepian jendela kamar mataku jauh mem...

Mata Ini Tidak Bisa Membuatku Menemukanmu (JTS part 4)

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry Jatuh Tanpa Sayap di 09.44.00

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsqZeXp6VI49hxS82NJTzHFcfYuv3EDYHFuzBIpuOh15mB8EBVoYzoIcxhIg3gYf9tW631odq7_Gqqp-RfFPUctGRKOSbw7KJ590ytaoVL21wqapRowqYB-acBets87-bdxapzH_gh_uc/s1600/tumblr_m9sbh4Z6hd1qdm09f.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="247" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsqZeXp6VI49hxS82NJTzHFcfYuv3EDYHFuzBIpuOh15mB8EBVoYzoIcxhIg3gYf9tW631odq7_Gqqp-RfFPUctGRKOSbw7KJ590ytaoVL21wqapRowqYB-acBets87-bdxapzH_gh_uc/s320/tumblr_m9sbh4Z6hd1qdm09f.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ah, sudah lah, ini bukan saatnya mengandai andai. Aku harus segera melupakan apa yang sudah terjadi beberapa waktu lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan kepada Evan, Terimakasih. Semenjak Esspresso pagi, kamu selalu ada untukku. Menjadi orang pertama ada saat aku bangun tidur dan orang terakhir yang ku dengar suaranya ketika akan memasuki alam mimpi. Kemudian menjadikan ruangan rumah sakit ini menjadi nyaman untuk dihuni. Meski pernah, entah di pagi keberapa. Tiba tiba saja aku muak kembali pada keadaanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Espresso yang kamu sediakan pagi itu sengaja aku jatuhkan ke lantai, "Ada apa Eliana?" tanya mu. "Aku bosan Evan. Aku ingin membeli kopi sendiri, menikmati rasa lain yang beragam. Aku ingin keluar dari dunia gelapku dan melihat berjuta warna di luar sana. Aku ingin berdandan di depan cermin, aku ingin bisa kembali merawat diriku sendiri, terlebih aku ingin melihatmu" teriakku dan kamu langsung memelukku tanpa berkata apa apa. Aku menangis sejadi jadinya dalam dekapmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Badan tegapmu kembali menenangkanku. Tidak butuh waktu lama Van, hanya beberapa minggu saja aku merasa sudah menemukan kembali priaku. Pria yang sesuai dengan apa yang aku mau. Penyayang dan penyabar. Meskipun kamu tidak pernah berkata bahwa kamu menyukaiku tapi aku tetap merasa bahwa aku telah memilikimu. Evan, andai Tuhan terlebih dahulu mempertemukanku denganmu. hmm.. Tiba tiba saja aku merindukannya, lama juga Dia tidak menemuiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Neng. Alhamdulillah ya Allah." ucap Mbu membuyarkan lamunanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"kenapa Mbu?" aku terheran di buatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dokter sudah menemukan donor mata untuk Neng. Neng bisa kembali melihat, Dokter bilang operasi bisa di lakukan secepatnya."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Alhamdulillah... Mbuuuuuu.." aku terisak dan memeluk Mbu. Pada akhirnya aku bisa kembali melihat dunia, melihat orang orang tersayang dan melihat kamu Evan. ucapku dalam hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Operasi mataku beberapa hari yang lalu berjalan lancar. Ini adalah hari istimewaku, saat saat dimana aku akan kembali seperti semula. Perlahan kurasakan dokter melucuti balutan dimataku, pelan pelan aku mencoba untuk membuka mata. Terlihat jelas ada Mbu di depanku. Kemudian sederet dokter pria dan wanita di belakangnya. Aku memeluk Mbu sejenak lalu memperhatikan dokter dokter itu. "Mana di antara kalian yang bernama Evan?" tanyaku spontan. Namun mereka hanya menatap satu sama lain tanpa jawaban pasti. Begitu juga dengan Mbu, dia hanya bisa diam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Mbu, mana Evan?" Mbu masih terdiam. Seorang dokter menghampiriku lalu menyerahkan setumpuk berkas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ini Mbak Eliana. Silahkan Baca." ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu persatu halaman aku buka, isinya adalah riwayat kanker otak. Masih menuju stadium 3, dengan huruf kapital bertuliskan EVAN BRAMA SUDARSO. Selanjutnya ada dokumen persetujuan pendonoran, Sepasang mata untukku dan hati yang di donorkan untuk Dimas Airlangga. "Dimas?" gumamku. "Tolong, siapapun. Jelaskan ini semua." aku yang mulai menitikan airmata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dokter yang memberikan dokumen tadi angkat bicara, "Dimas mengalami kerusakan hati setelah kecelakaan akibat benturan yang sangat kuat di dadanya dan kasus ini jarang terjadi. Sementara Evan masih punya kemungkinan hidup selam 2 tahun dengan obat obatannya. Namun ia sadar, bagaimanapun ia akan tetap meninggal dan kanker itu akan semakin menyebar. Ia lebih dulu memilih mengakhiri hidupnya dengan pendonoran hati penuh untuk Dimas dan sepasang mata untuk mbak Eliana. Dia melakukan semua demi mbak." jelasnya kemudian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Evaaaaaaaaannnn." teriakku yang tidak bisa lagi membendung semuanya, dadakku sesak. Tiba tiba kepalaku pusing dan aku tak sadarkan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/kini-gelap-sudah-duniaku-jts-part-2.html">Part 1</a> || <a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/kini-gelap-sudah-duniaku-jts-part-2.html">Part 2</a> || <a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/espresso-pagi-jts-part-3.html?showComment=1462281601359#c9164209988616445688">Part 3</a><br />
<br />

Ah, sudah lah, ini bukan saatnya mengandai andai. Aku harus segera melupakan apa yang sudah terjadi beberapa waktu lalu. *** Dan...

Espresso Pagi (JTS Part 3)

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry Jatuh Tanpa Sayap di 19.52.00

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAuTiq5lzulhRL3j0yjBsUz3WABRWu-Ot9DFGf7t396QBlkv8Ent_u9mLnfo0W2GltUZghjyHz4qN5HCkB8YMNVx-QvBIGZ4JU-SUA7bvuBzx5pPMQglaaelesCS27YLGqfHIFTEGNhfQ/s1600/tumblr_m9sbh4Z6hd1qdm09f.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="247" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAuTiq5lzulhRL3j0yjBsUz3WABRWu-Ot9DFGf7t396QBlkv8Ent_u9mLnfo0W2GltUZghjyHz4qN5HCkB8YMNVx-QvBIGZ4JU-SUA7bvuBzx5pPMQglaaelesCS27YLGqfHIFTEGNhfQ/s320/tumblr_m9sbh4Z6hd1qdm09f.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hampir saja aku berpikir mereka yang sengaja menabrakku dan menginginkan aku mati. Namun ternyata menurut Mbu, Saat aku berlari keluar ruangan mereka mengejarku aku tetap tidak mau berhenti. Ya, aku mengakui itu. Kemudian mereka berfikir untuk putar balik  dan mencariku menggunakan mobil. Mereka berhasil menemukanku lalu keluar dari mobil, tapi siapa sangka dari arah kanan sebuah mobil menyerempet keduanya. Jenny hanya terjatuh, sementara Dimas terpental lebih jauh, mobil itu pula yang menyebabkan kecelakaan beruntun. Mungkin salah satunya mobil yang tidak sengaja mengenaiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika aku harus buta? kenapa Jenny hanya luka biasa dan Dimas hanya masuk ruang ICU? Kenapa mereka berdua tidak sekalian mati saja. Aku meluapkan kekesalanku sejadi jadinya di hadapan Mbu. Mbu malah memintaku untuk beristighfar. Katanya sejahat apapun orang pada kita, kita hanya patut mendo'akan yang baik baik saja. Ah, Mbuku masih sama seperti yang dulu, tidak pernah berubah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keesokan paginya, tiba tiba aku terbangun dengan aroma yang tidak asing lagi. "Espresso..." ucapku. Lalu terdengar suara tawa merdu. "Ternyata benar yang di bilang bibi mu. Ini sebagai ucapan permintaan maafku. Sebenarnya orang sakit sepertimu belum boleh minum kopi. Tapi untuk kamu ada pengecualian, tahu kenapa?" tanyanya dan aku hanya diam saja. "Baiklah, karena aku yang menanganimu. Menjadi penjaga juga boleh, itu juga kalau kamu mau. Dan, sepertinya usia kita tidak jauh beda. Jadi ada pengecualian lagi nih, kamu boleh memanggilku Evan tanpa kata dokter di depannya. Ahaha di ruangan ini sekarang ada 2 orang yang berinisial E, besok mungkin 2 inisial itu akan terpampang di surat undangan. Senang berkenalan denganmu Eliana." celotehnya panjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya aku mau tertawa namun aku tetap teguh pada gengsiku. "Berisik!" satu satunya kata yang aku jawab padanya. Tiba tiba sebuah benda menyentuh bibirku. "Minumlah! ini hangat. Di meja juga tersedia roti. Bibimu tadi pamit untuk pulang sebentar." Ternyata dia menyodorkan sedotan kopi kepadaku. Ah Espresso pagi, aku benar benar tidak kuat menahan godaan aromanya lalu menyeruputnya pelan. Setelah itu seseorang yang menyebutkan dirinya Evan, mulai menyuapi potongan roti kecil kepadaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Andai saja yang dihadapku sekarang itu....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baca Juga :</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/jatuh-tanpa-sayap-part-1.html">Part 1</a> || <a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/kini-gelap-sudah-duniaku-jts-part-2.html">Part 2</a> || <a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/espresso-pagi-jts-part-3.html">Part 3</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>

Hampir saja aku berpikir mereka yang sengaja menabrakku dan menginginkan aku mati. Namun ternyata menurut Mbu, Saat aku berlari ke...

Kini Gelap Sudah Duniaku (JTS Part 2)

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry Jatuh Tanpa Sayap di 05.41.00

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO2LB6qWp9sOq_EdiSoE922tX5rBMyHoAbomaVxNKw2xSnyBQO3alytAEHrN1dYz8QscMFvzh9Nj8Y1rf1NJ0sQXxWdKRVi5HIQY9jJxN435g_gsjtWQUf0Gb83Gyg4pynP5kC-qV47mI/s1600/tumblr_m9sbh4Z6hd1qdm09f.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="247" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO2LB6qWp9sOq_EdiSoE922tX5rBMyHoAbomaVxNKw2xSnyBQO3alytAEHrN1dYz8QscMFvzh9Nj8Y1rf1NJ0sQXxWdKRVi5HIQY9jJxN435g_gsjtWQUf0Gb83Gyg4pynP5kC-qV47mI/s320/tumblr_m9sbh4Z6hd1qdm09f.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tersadar dari pingsanku. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tak sadarkan diri. yang aku tahu tatkala aku terbangun semuanya sudah menjadi gelap. Ada apa ini? Tiba tiba ada suara Mbu di sampingku. Seseorang yang sudah mengasuhku semenjak aku kecil dan sudah ku anggap seperti ibukku sendiri. Terlebih setelah orang tuaku meninggal 7 tahun yang lalu. Berkali kali aku dengar beliau mengucap syukur. Kemudian memelukku erat.<br />
<br />
Aku bertanya kepadanya perihal dimana aku sekarang dan kenapa tidak ada lampu satupun. Tapi mbu tidak menjawab, Ia justru memintaku untuk bersabar. Aku mulai bertanya tanya, apa yang salah disini. Seseorang dengan suara bass menimpali pembicaraan kami. "Mbak Eliana mengalami kebutaan permanen. Mungkin terbentur ujung trotoar dalam kecelakaan semalam." katanya.<br />
<br />
Aku meronta memaksa pulang. Aku tarik tangan Mbu, lalu mencari jalan sebisanya. Entahlah, aku rasa, aku telah menjatuhkan beberapa benda di sampingku. Kali ini suara Mbu sedikit menjerit kali ini. Dia memintaku untuk berhenti, namun aku tetap tidak mau. Hingga tangan kekar memegangku dan membuat aku tidak bisa bergerak. "Diamlah. Kasian bibi mu apa kamu tidak bisa lihat? beberapa kali dia terpental. Pantas saja kekasihmu meninggalkanmu." Masih dengan suara Bass yang sama.<br />
<br />
"Tahu apa kamu tentang hidupku? Iya, aku memang egois, arogan dan sekarang buta. Terus apalagi hah? katakan! biar semuanya jadi sempurna. Aku sudah muak." jawabku. Gerakanku melemah. Dia melepaskan pegangan tangannya. Aku angkat kedua tanganku kembali mencari jalan tapi bukan untuk pulang melainkan untuk mencari Mbu. Seolah mengerti pikiranku Mbu langsung memelukku. Kami menepi ke tempat tidur. Aku menangis dalam dekapnya.<br />
<br />
Sesaat kemudian orang dengan suara bass itu melanjutkan suaranya. Sekarang permintaan maaf yang dia ucapkan. Ah, sudahlah aku tidak perduli lagi. Saat ini aku tidak butuh apapun dan siapapun kecuali Mbu. Di tengah bicarannya tanganku memberikan isyarat seolah menunjuk. Entah arah mana yang aku tunjuk namun sepertinya dia paham bahwa aku menginginkannya keluar. Karena sekarang suaranya sudah tidak lagi terdengar.<br />
<br />
Ah aku benar benar membenci mereka. Jenny dan Dimas! Aku mengadu pada Mbu tentang semalam. tiba tiba mbu bilang kalau dia sudah tahu semuanya karena Jenny dan Dimas sekarang juga berada disini. Ah benarkah? sial! Aku terkejut. Dengan keadaan seperti ini bisa bisa mereka mentertawakanku. Tapi aku lebih terkejut lagi ketika Mbu melanjutkan ceritanya bahwa mereka disini bukan untuk menjengukku tapi juga menjadi pasien pada peristiwa semalam. Jenny tepat berada di ruangan sebelahku, dia hanya luka luka ringan. Sementara Dimas sekarang berada di ruang ICU. Jadi semalam itu.... Pikirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
to be continued...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Baca Juga :<br />
<a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/jatuh-tanpa-sayap-part-1.html">Part 1</a> || <a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/kini-gelap-sudah-duniaku-jts-part-2.html">Part 2</a> || <a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/espresso-pagi-jts-part-3.html">Part 3</a> || </div>

Aku tersadar dari pingsanku. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tak sadarkan diri. yang aku tahu tatkala aku terbangun semuanya sudah...

Kekasih Sahabatku Adalah Mempelaiku Sendiri (JTS PArt 1)

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry Jatuh Tanpa Sayap di 23.48.00

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv5fa4QSz4BmgkNBZujkWIkKG1FIt7Tb18kw-FPTrjOYh6_eo1rRCptjWC7bPd27T9ArpBIJRENwKfNKNEab3nk8T3DAd4bQJtBUHXLaheGCQC7ka4Sj5HATmFYYS4kTIaMtCSJhvfN00/s1600/tumblr_m9sbh4Z6hd1qdm09f.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" height="247" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv5fa4QSz4BmgkNBZujkWIkKG1FIt7Tb18kw-FPTrjOYh6_eo1rRCptjWC7bPd27T9ArpBIJRENwKfNKNEab3nk8T3DAd4bQJtBUHXLaheGCQC7ka4Sj5HATmFYYS4kTIaMtCSJhvfN00/s320/tumblr_m9sbh4Z6hd1qdm09f.jpg" title="Part 1" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kekasih Sahabatku Adalah Mempelaiku Sendiri</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Seminggu lagi adalah hari pernikahanku dengan Dimas. Lalu begitu sempurna mereka memberiku kejutan makan malam mewah berhadiah kejujuran bahwa mereka sudah lama saling mencintai. Sebuah pengakuan yang tidak pernah ingin aku dengar sama sekali. Beribu maaf dan pembenaran mereka ucapkan tak lantas membuatku bisa memeluk dengan ikhlas kenyataan. Selama ini aku telah bermanis manis kepada pengkhianat dan pencuri. Dimas, You lie. This is not sweet double date but it is our love death. Teruntuk Jenny sebagai sahabat, aku rasa aku pantas menyebutnya sebagai perempuan yang tidak tahu diri. Racauku dalam hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kutangisi dukaku dibawah guyur hujan malam ini. Ku biarkan gaun peach cantikku berubah kecoklatan dengan taburan pasir pada pada tepiannya. Aku belum mau berhenti meski sudah 2 jam berjalan. Sial! yang keluar itu hanya air dari bola mata namun kenapa rongga dada memilih untuk ikut sesak karenanya. Berkali kali kudengar Tuhan berbisik, "Sudah Eliana, ini semua sudah berakhir." Namun rasa dalam jiwa masih belum bisa menerimanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Langkahku gontai menyusuri trotoar. Setelah memastikan bahwa mereka telah berhenti mengikutiku dari belakang. Aku putuskan untuk sesekali menepi mengumpulkan kekuatan dengan berpegang pada tiang lampu jalan. Tujuanku sudah sampai rupanya, di sebrang jalan itu. Aku hanya mengikuti langkah kaki tanpa menoleh kanan kiri. Aku bahkan tidak perduli meski banyak klakson berbunyi. Tiba tiba bunyi klakson menjadi saling bersahutan semakin lama semakin kuat dan salah satunya menghampiriku. Kemudian Brug! aku terpental jatuh tak sadarkan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baca Juga :<br />
<a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/jatuh-tanpa-sayap-part-1.html">Part 1</a> || <a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/kini-gelap-sudah-duniaku-jts-part-2.html">Part 2</a> || <a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/espresso-pagi-jts-part-3.html">Part 3</a> || <a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/mata-ini-tidak-bisa-membuatku.html">Part 4</a> || <a href="http://cassodikin.blogspot.my/2016/05/sebentuk-hati-yang-sepenuhnya-aku.html">Part 5 TAMAT</a></div>

Kekasih Sahabatku Adalah Mempelaiku Sendiri Seminggu lagi adalah hari pernikahanku dengan Dimas. Lalu begitu sempurna mereka memberik...

Untuknya Aku Bersedia Berjuang

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 05.57.00

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
Aku tidak tuli ketika engkau berkata bahwa wanita sepertiku lebih layak di perjuangkan. Diluarsana banyak yang antri untuk mendapatkan hatiku namun kenapa aku hanya tertuju pada satu?, tanyamu. Jika yang kau maksudkan adalah memintaku menggantikan dia dengan sosok baru, aku rasa kau sudah tahu jawabanku.<br />
<br />
Ah bagaimana menjelaskannya, aku lebih memilih berjuang dari pada di perjuangkan. Setidaknya ketika aku berjuang aku yakin pada apa yang menjadi pilihanku. Pada apa yang telah aku putuskan dan aku anggap benar, meski tak selalunya begitu.<br />
<br />
Ketika aku memperjuangkan, aku menikmati proses. Sehingga tatkala memiliki takkan mudah bagiku untuk berpaling ke lain hati. Dan pria sepertinya yang aku pilih, yang aku yakini dan aku perjuangkan hingga saat ini. Aku tahu, ada konsekuensi pahit yang harus aku telan sendiri jika yang di perjuangkan tidak pernah berniat memperjuangkan balik. Aku tidak perduli akan hal itu. Yang aku tahu saat ini untuknya aku hanya bersedia berjuang dan menyerahkan hasil akhir pada takdir masa depan.

Aku tidak tuli ketika engkau berkata bahwa wanita sepertiku lebih layak di perjuangkan. Diluarsana banyak yang antri untuk mendapatkan ...

Hello November, I'm Your May

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 05.31.00

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW-WfY5fqLHfJrq6oRrLSOIV2tmNYKHsDQd3wGMoGzLsDsnmpl-E6ppo12epFoo8gQwunJoGeCNzCy2S3AJLhaM19HzKq-pu6YrhUFIm5lpBP222kPBKom4OmgxeteXW3uj8CeVSJdPbQ/s1600/Hello+November.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="128" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW-WfY5fqLHfJrq6oRrLSOIV2tmNYKHsDQd3wGMoGzLsDsnmpl-E6ppo12epFoo8gQwunJoGeCNzCy2S3AJLhaM19HzKq-pu6YrhUFIm5lpBP222kPBKom4OmgxeteXW3uj8CeVSJdPbQ/s320/Hello+November.gif" width="320" /></a></div>
Hello November, i have high hopes for you. Perihal hatiku yang terlanjur jatuh, bisakah kau tetap menjaganya utuh. Karena tidak akan mudah bagimu menemukan seseorang sepertiku. Sosok wanita yang dengan kecrazy-anya suatu hari akan membuatmu tunduk merindu. And how many times i must tell you that aku adalah wanita yang tepat. Yang bersedia mendampingimu dari nol hingga menjadi hebat. Yang melebur jalur bersamamu tanpa harus berdebat.<br />
<br />
I don't make everyone understand what is happening between us. Yang penting kamu tahu bahwa aku disini menunggu dan aku percaya bahwa disana Engkau pasti menjaga. Maka sesekali jangan pernah keliru untuk mencoba mencari wanita yang lebih dari ini kepadamu. Karena sekali aku retak akan sangat sulit menemukan kepingannya. I promise, you cannot turn back to me again if you are gone. So, mari mencoba merajut bahagia dalam restu Tuhan. Berharap kita adalah pengabulan dari do'a yang Tuhan restukan.<br />
<br />
Your Beloved,<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3SZsv8i2bZc4MnOaYldDE2gRlBmQEhk2E-olr5rGbJkPljFMk0bpTRg_kadcl3pYMdQn-1rPgnWSv5KHTmhe-St_LbrEoESXkfGXXKF8TY80a_HJC7ipR4gqNaW1aHRZhZpJdU6yuv4Y/s1600/download+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3SZsv8i2bZc4MnOaYldDE2gRlBmQEhk2E-olr5rGbJkPljFMk0bpTRg_kadcl3pYMdQn-1rPgnWSv5KHTmhe-St_LbrEoESXkfGXXKF8TY80a_HJC7ipR4gqNaW1aHRZhZpJdU6yuv4Y/s1600/download+%25281%2529.jpg" /></a></div>
<br />

Hello November, i have high hopes for you. Perihal hatiku yang terlanjur jatuh, bisakah kau tetap menjaganya utuh. Karena tidak akan mudah...

Banyak Tentang Hingga Aku Lupa

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 04.42.00

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLiGpRmYvUaTdZCGPs3Swg9-KrB6MyDbf_FOqS9RkWg62sF7EVvGVRHaqw2AZ5DOFhYdGwOygklPZcGi7MqIP7DvZztgU-z9lGV0R_kgW4Qx2Gkq4_2H_h4bFFcQhyphenhyphend_F9rqTBIXthFn0/s1600/50d2d146e5733_50d2d146e62e0.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLiGpRmYvUaTdZCGPs3Swg9-KrB6MyDbf_FOqS9RkWg62sF7EVvGVRHaqw2AZ5DOFhYdGwOygklPZcGi7MqIP7DvZztgU-z9lGV0R_kgW4Qx2Gkq4_2H_h4bFFcQhyphenhyphend_F9rqTBIXthFn0/s200/50d2d146e5733_50d2d146e62e0.jpg" width="200" /></a></div>
<br />
<br />
Tentang pesan pesan yang kau kirimi setiap hari, tentang perhatian perhatian, tentang emoticon emoticon tanda sayang. Tentang sapaan sekedar hai yang bisa membuat wajahku merona dari pagi sampai ke mimpi.<br />
<br />
Tentang mimpi satu sama lain yang pernah kita bicarakan tempo hari. Tentang semangat yang kau tularkan dalam giatnya mengejar prestasi. Tentang bagaimana kita saling menguatkan saat memutuskan untuk sama sama hijrah dari tanah kelahiran sendiri.<br />
<br />
Tentang kamu yang menjadi satu satu nya orang yang bertahan di sampingku bahkan saat tidak ada yang mempercayaiku lagi. Tentang alasan rahasia kenapa bersedia mendampingiku dalam keadaan seperti ini. Tentang aku yang masih sibuk menerka nerka. Tentang seyumanku yang terlanjur sumringah berbunga bunga. Tentang kata semoga yang berlebihan hingga aku lupa hanya karena hal hal sepele seperti itu, aku belum tentu kau jadikan tujuan pada akhirnya.

Tentang pesan pesan yang kau kirimi setiap hari, tentang perhatian perhatian, tentang emoticon emoticon tanda sayang. Tentang sapaan sek...

Karena Berleha leha Sebentar, Menumpuk Deadline Sebelangga

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 15.03.00

Untuk memenuhi hasrat hobiku, beragam kegiatan kepenulisan aku ikuti. Dari mulai One Day One Post yang wajib, Teater, Komunitas Bisa Menulis, hingga Menjadi pengisi kepenulisan tetap di WEB kampus PPI-UT Kuala Lumpur.<br />
<br />
Masalahnya terletak pada Manajemen waktu, mengingat aku bukan sekedar mahasiswi yang punya bejibun waktu luang tapi juga TKI Kilang yang punya tanggung jawab pada pekerjaannya. Biasanya kalau waktu kerja aku fakum sementara menulis karena pulang kerja pasti kecapean. Hanya sesekali saja menyempatkan diri menuliskan sementara ide yang tiba tiba muncul misalnya, untuk selanjutnya melewati fase pengeditan.<br />
<br />
Aku selalu mengandalkan hari libur sebagai hari bergulat dengan tugas di luar pekerjaan kilang. Namun kadang kadang aku lupa, saat hari libur tiba aku justru menjadikan<b><i> Me Time</i></b> sebagai penggantinya. Walhasil, Karena berleha leha sebentar, menumpuk Deadline sebelangga. Hutang hutangku ke Odop, target menulis di web kampus, skenario teater yang masih kosong dan postingan di KBM tertelantarkan. Hiks, terkadang susah mengantisipasi kegiatan yang bisa di lakukan di luar jalur rencana. Bagaimana dengan kalian?

Untuk memenuhi hasrat hobiku, beragam kegiatan kepenulisan aku ikuti. Dari mulai One Day One Post yang wajib, Teater, Komunitas Bisa Menulis...

Disinilah Tempatku Mencintaimu

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 14.19.00

Miss Galau! sebutan itu kini melekat padaku. Setelah hadir beberapa syair yang dalam pandangan mereka berlebihan. Semuanya berawal dari sini. Dari sebuah blog yang di dalamnya terkandung curhatan yang di selewengkan. Bodo amat! Ini passionku. Aku tidak membuat blog ini atas paksaan siapapun.<br />
<br />
Dan kamu! iya kamu, adakah kamu menemukan beragam arcamu disini? Ini adalah istana yang untukmu sengaja aku bangun. Jangan sungkan untuk berkunjung jika kau rasa rindu mulai menggunung. Disinilah tempatku mencintaimu. Kumpulan kata kata tak bersuara. Lafadz lafadz asmara yang belum tersampaikan, padamu sebagai pemilik sejatinya.<br />
<br />
Kamu yang ku spesialkan lebih dari siapapun, tidak ada satupun yang pantas kau cemburui selain hatimu sendiri. Di dalamnya aku hidup dan membuat kehidupan. Bersamanya aku tahu tujuanku yang ku jadikan rumah untuk pulang. Dan kamu! iya kamu, tetaplah di sampingku. Lalu izinkan aku mengabadikanmu. Tentu aku takkan membiarkanmu berlalu begitu saja. Akan ku abadikan kisah kita dalam setiap bait yang kucipta.

Miss Galau! sebutan itu kini melekat padaku. Setelah hadir beberapa syair yang dalam pandangan mereka berlebihan. Semuanya berawal dari sini...

Lelakiku Dengan...

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 13.48.00

Sekarang tanganku sudah berani meggenggam dan jemarimu balik menguatkan. Sudah mulai pudar larangan Tuhan di ingatan. Cacian demi cacian mul...

Monolog Kepergian

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 13.14.00

Di balik jendela kaca mobil, aku melihat keramaian di sebrang sana. Silih berganti pelukan untuk menghantar sebuah kepergian. Sementara disini hanya sebatas area mataku saja yang ramai. Oleh air yang dengan tetes sebagai takarannya.<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Kulihat wajahmu memutar memperhatikan sekitar. Seperti ada seseorang yang sedang kau cari.  Tiba tiba pandanganmu terhenti pada taksi yang ku tumpangi. Matamu terfokus. Sial, segera ku tundukan wajah dan memerintahkan agar supir segera membawaku pergi dari tempat ini. Namun sayang tidak butuh jarak terlalu lama untuk mengubah tetesan menjadi aliran. Maaf aku telah kehilangan kepercayaan diri untuk sekedar menemui mu lagi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bukan kah beberapa bulan lalu kita sudah sepakat pada kata putus? Aku hanya tidak ingin kisah ini berakhir lebih tragis dengan kata pisah. Perasaanku kelak akan menjadi racunku, aku tahu itu. Seperti halnya perasaan mu yang sepenuhnya adalah hakmu, tidak ada hak untuk aku mengaturnya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sepanjang jalan aku hanya mengigiti kuku ibu jari, seperti yang biasa ku lakukan dalam keadaan tertekan. Ku pandangi layar handphone dengan pandangan yang sudah sedemikian kabur.  Tiba tiba sebuah pesan menyusup masuk, "Harusnya ini menjadi hari perpisahanku, tapi apalah daya justru aku yang menyaksikan kepergianmu."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku membuka sedikit jendela, lalu melemparkan ponselku kesana. Enyahlah! Perihal kenapa aku memperhatikanmu hari ini dari kejauhan. Karena aku hanya butuh moment untuk menyempurnakan seuntai kenangan. Perihal kenapa saat ini aku masih menangis tersedu, aku sedang mengumpulkan kekuatan untuk menjalani hidupku tanpamu.</div>
<div>
<br /></div>

Di balik jendela kaca mobil, aku melihat keramaian di sebrang sana. Silih berganti pelukan untuk menghantar sebuah kepergian. Sementara disi...

Cinta Yang Dewasa

Diposting oleh Hanum Label: Cerbung, About Me, Quotes, Poetry di 02.01.00

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzo6PCTBP-B1dwh7NER718ylHhTOfzuUYD-IDQ57i_qxocHz5y_j2uaYP5ZgSuQ_gI_9e4bB-Tum13oSu088X1lP5zlPFwMLk9dAK2Lsy5fyRS4ISyRMEk_jbR7-p8ax_MH5P43iSEyMw/s1600/large.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="196" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzo6PCTBP-B1dwh7NER718ylHhTOfzuUYD-IDQ57i_qxocHz5y_j2uaYP5ZgSuQ_gI_9e4bB-Tum13oSu088X1lP5zlPFwMLk9dAK2Lsy5fyRS4ISyRMEk_jbR7-p8ax_MH5P43iSEyMw/s320/large.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Dulu kita pernah sampai pada masa dimana pacaran adalah ajang pamer pameran. Bergonta ganti pasangan adalah tanda kemenangan. Suatu kebanggan, jika punya selingkuhan tapi masih langgeng tanpa ketahuan. Mencoba ini itu atas dasar nafsu setan dan tanpa malu dishare ke teman teman. Tapi di usia yang sebegini, hal itu terlalu kekanakan. Udah dewasa masih pacaran? yakin dewasa?<br />
<br />
Sejatinya kedewasaan akan mengantarkanmu pada cinta yang dewasa juga. Dan semakin dewasa kamu akan semakin sadar bahwa pacaran hanya membuang waktu mu saja. Menikah memang bukan ajang kebut kebutan tapi bukan berarti pacaran lantas jadi pilihan. Kamu akan lebih fokus memperbaiki diri. Menekuni hobi dan mengasah kemampuan lainnya untuk jauh lebih baik lagi.<br />
<br />
Jangan takut kamu menemukan orang yang tidak sesuai dengan kehendak hatimu hanya karena kamu melupakan fase pacaran. Entah kenapa, nantinya kriteria mu yang seabreg akan hilang begitu saja. Mencari yang rupawan takkan lagi menjadi suatu kebutuhan. Prioritas mu akan lebih tertuju pada seseorang yang bisa membuatmu nyaman, merasa dicinta dan di perjuangkan sepenuh hati seluruh kebahagiannya.<br />
<br />
Ketika bertemu dia yang sebegitu, targetmu langsung kesitu (menikah). Tanpa kata babibu, tanpa alasan ini itu.

Dulu kita pernah sampai pada masa dimana pacaran adalah ajang pamer pameran. Bergonta ganti pasangan adalah tanda kemenangan. Suatu k...